NGANJUK – Dua batu yang diduga benda langit ditemukan warga Desa Mojorembun, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Benda berwarna hitam kelam tersebut ditemukan di bibir sungai Ngrangsang, tengah hutan jati Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso. Oleh Suprianto, (43) saat ini kedua benda tersebut disimpan di rumahnya.
Menurut Suprianto, benda hasil temuannya tersebut disebut batu meteor yang jatuh ke bumi pada masa pra-sejarah. Lantaran, di sekitar hasil temuan banyak ditemukan fosil binatang purba yang diperkirakan berumur ratusan ribu tahun.
Diduga meteorit karena batu tersebut memiliki ciri khas warnanya hitam kelam, berat 5 hingga 7 kali lipat batu andesit, pada bagian tubuhnya terdapat bercak mirip sidik jari, dilihat dari pecahannya di dalamnya terdapat bijih logam, pori-pori padat, dan memiliki daya magnetik sangat kuat.
Dua meteorit tersebut ditemukan terpisah dalam waktu yang berbeda. Batu pertama ditemukan setahun yang lalu, sedang batu kedua ditemukan, Kamis, 22 Juni 2023. Saat menemukan batu kedua, Suprianto ditemani Mulyono, warga Desa Jatirejo, Kecamatan Bagor.
Karena lokasi temuan dengan jalan terlalu jauh, agar bisa dibawa pulang, kedua orang tersebut harus menggelindingkan dan mendorong perlahan-lahan. “Lumayan jauh jaraknya, sekitar 1 kilo meter baru bisa diangkut pakai motor,” jelas aktivis Komunitas Pecinta Sejarah dan Ekologi Nganjuk, Sabtu 26 agustus 2023
Rencananya, kedua batu meteor dengan berat masing-masing sekitar 1 kuintal tersebut tidak dijual dan disimpan di rumahnya untuk dijadikan koleksi bersama temuan fosil yang selama ini dikumpulkan. Apabila sudah terkumpul banyak, pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani bawang merah tersebut hendak membuat museum pribadi di lokasi dekat temuan fosil dan batu meteor.
“Nanti kalau sudah terkumpul banyak, rencana saya akan membuat museum di tengah hutan, biar orang-orang bisa melihat dan bisa menjadi edukasi untuk anak-anak sekolah,” katanya.
Ceritanya, Suprianto ditemani Mulyono bergegas ke hutan, lokasi yang biasa ia datangi. Dari kejauhan langsung tampak bongkahan batu berwarna hitam kelam dan memancarkan cahaya mengkilat karena terkena sinar matahari. Karena lokasinya dekat sungai, bongkahan batu tersebut digelundungkan ke sungai untuk dibersihkan. Ketika bersih, wajah batu semakin berkilau. “Padahal, di lokasi saya menemukan batu, hampir setiap hari saya lewati, tapi tidak pernah melihat benda itu,” jelasnya
Selain menemukan batu meteor, Suprianto juga menemukan batu yang meleleh di dekat lokasi temuan. Diduga batu meleleh tersebut akibat terbakar oleh meteor saat jatuh dulu. (mf/gus)