SURABAYA – Setelah debat capres, Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran Kota Surabaya Arif Fathoni memberikan tanggapan, dia menyatakan calon Presiden Prabowo Subianto menunjukkan kualitas kenegarawanan sejati dalam debat tersebut.
Meski sejak awal diserang dengan hal yang bersifat personal. Namun mantan Danjen Kopasus tersebut tetap tidak terpancing dan mengemukakan sesuatu yang bisa membuat rahasia pertahanan begara kita menjadi bahan diskusi intelejen begara lain.
“Hal hal yang sifatnya teknis namun bernilai strategis tidak bisa menjadi bahan konsumsi umum, transparansi itu keharusan dan itu sudah dilakukan dalam pembahasan di DPR RI, ” Kata Arief Fathoni, Rabu 10 Januari 2024 di rumahnya.
Jika dimuka umum, sambung Arief Fathoni pembahasan tentang pertahanan dan keamanan tidak boleh telanjang, karena menyangkut martabat negara kita dimata negara lain.”Mana yang untuk umum dan khusus sudah jelas sekali, ” Imbuhnya.
Lebih lanjut kata ketua DPD Partai Golkar Kota Surabaya ini, sejak awal debat, calon Presiden Anies Baswedan sudah memberikan narasi yang bersifat konfrontatif terhadap Prabowo Subianto dengan membandingkan antara kekayaan yang dimiliki Prabowo Subianto dengan kondisi kesejahteraan prajurit TNI Polri, meski hal itu wajar dalam panggung debat, namu perbandingan yang disampaikan Anies Baswedan tidak relevan.
“Pak Prabowo ini memang lahir dari rahim pengusaha, wajar jika memiliki kelebihan rejeki yang diberikan oleh Tuhan, andaikata Mas Anies masih jadi mentri Pendidikan lalu ditanya kenapa masih ada guru di Indonesia yang masih belum bisa beli rumah lalu anda kok memiliki kekayaan milyaran tentu juga akan kaget, karena memang tidak relevan, baik dari aspek konstekstual maupun faktual,” paparnya.
Dalam paparan mengenai diplomasi internasional, lanjut Fathoni, Prabowo Subianto terlihat memiliki pandangan jauh kedepan tentang bagaimana membangun kehormatan bangsa Indonesia ditengah pergaulan global, kemandirian ekonomi menjadi pilar penting dalam meraih posisi tawar geopolitik global yang tidak menentu, dan hal ini sudah dilakukan oleh Presiden Jokowi.
Jadi narasi Indonesia absen selama beberapa tahun terakhir dalam diplomasi internasional itu kesimpulan yang tidak berdasar, mengingat Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini tidak pernah absen dalam upaya meredakan situasi global baik yang terjadi didataran eropa maupun Kawasan asia pasifik.
“Membangun consensus dengan negara kawasan itu tidak cukup dengan modal kata-kata, tapi menyatukan kepentingan take and give dalam kepentingan ekonomi berbagai negara, sehingga tercipta consensus dalam bidang gepolitik global, itu sudah dilakukan Presiden Jokowi dengan mendatangi Rusia dan Ukraina ketika sedang dilanda perang. Jadi kalau dianggap kita absen dalam diplomasi internasional,itu keliru besar. Mungkin karena semata-mata kepentingan electoral saja, yang penting asal beda dengan pemerintah,” jelasnya.
Dalam masa damai memang kinerja pertahanan tidak akan terlihat secara gamblang, namun Prabowo Subianto sudah membuat pondasi pertahanan kita guna menanggulangi ancaman potensial dimasa yang akan datang, salah satunya adalah memperkuat alutsista kita.” karena kalau kita mau dihargai oleh bangsa lain, maka ekonomi dan pertahanan kita harus kuat,” tegasnya.
Ketika ditanya mengenai kalimat Prabowo Subianto yang menyatakan Anies Baswedan tidak pantas bicara mengenai persoalan etik, Fathoni mengatakan itu ungkapan dari seorang senior kepada orang yang lebih muda, mengingat Ketika Anies Baswedan diberhentikan sebagai Menteri Pendidikan dari kabinet Joko Widodo, Prabowo Subianto yang mendorong Anies mengabdi di DKI sebagai Gubernur.
“Kita ini hidup dibelahan timur. Dimana tata krama harus dijunjung tinggi, bayangkan orang yang sudah memperjuangkan anda terpilih menjadi Gubernur lalu dalam kesempatan yang berbeda menyerang anda secara personal dimuka umum tentu akan menimbulkan rasa kecewa, makanya agama mengajarkan diatas ilmu itu ada adab,” tutup Areif Fathoni (M4D/gus)